Untuk laki-laki biasa yang mencintaiku apa adanya. Hari ini adalah hari kelahiranmu, hari dimana kamu dilahirkan dari wanita hebat yang memberikan separuh nyawanya untukmu lahir kedunia dengan selamat, wanita yang juga memberikan restu kepada kita untuk menjadi satu dan saling memiliki. Tanpa wanita itu, hari ini aku bukanlah siapa-siapa yang berada disampingmu. Hari ini, hari dimana kamu semakin menua, yang kuharapkan menua pula bersamaku. Kita sudah semakin tua, beranjak dari hitam rambut menjadi putih. Syukurku, karena penuaan ini masih kurasakan bersamamu.
Sayang, ya aku memanggilmu sayang, bukan hanya panggilan, tapi aku memang sayang. Aku wanita biasa pula yang mencintaimu dengan separuh nyawaku pula. Sama persis seperti wanita yang melahirkanmu kedunia. Tapi aku tak mampu membandingkan diriku kepadanya. Karena aku sungguh bukan apa-apa.
Hari ini, semakin tua dirimu, semakin bertambahlah cintaku padamu. Semoga kecintaan ini pula bertambah kepada Sang pemilik Cinta.
Hari ini, aku hanya ingin meminta maaf darimu, maaf atas kekhilafan seorang istri yang sengaja atau tak disengaja melukai hati.
Mungkin bagi kebanyakan orang hari lahir itu hari dimana hadiah special, kue tart, kejutan, tapi aku tak memberikan itu sayang. Aku hanya meminta maaf dan keridhoan atas masa-masaku yang selama ini hidup denganmu masih memiliki banyak kekurangan.
Mungkin kesalahan-kesalahan yang membuatmu semakin lelah.
Sayang, jika masa itu aku tak sempat membuatkanmu secangkir kopi karena mengasuh sang bayi, maafkan aku, aku mohon keridhoanmu untuk salahku.
Jika masa itu aku lupa menyetrika baju kerjamu karena aku kesiangan bangun, maafkan khilafku. Jika masa itu aku tak memasak lauk untukmu karena ada rasa lelahku, maafkan aku. Jika pula masa itu aku memanggilmu dengan nada tinggi, maafkan salahku. Jika aku pernah berkata kasar yang melukai hatimu, ampunkan aku, berikan aku ridhomu agar aku dapat menjadi istri yang melakukan kewajibanku tanpa keluh. Jika masa itu aku tak dengar ajakanmu bersujud kepadaNya, ampunkan aku. Aku lalai dan berdosa.
Sayang, hari ini kau akan menua bersamaku, itu adalah syukurku, bukan sekedar angka 25 tahun usiamu, tapi untuk seribu tahun tetap bersamaku.
Jannah pula bersama kita raih.
Sayang, jika aku tak mampu menjadi istri solehah, jangan segan untuk mengajakku, jangan lelah membimbingku. Jika usia tua ini akan segera memisahkan kita, biarlah Tuhan memisahkan dengan cara terbaikNya.
Sayang, jika anak-anak kita sudah dewasa, kita pula akan semakin tua, tetaplah pegang tanganku, kita pergi lalu bertemu kembali. Disana... di tempat impian kita.
Sayang, sebelum tidurku, terucap selalu doa cinta kasihku, kutatap pula wajah lelah yang semakin tua itu, tangannya pun tak selembut dulu, sudah kasar dan terkelupas pula. Tapi tangan itulah yang dulu membelaiku dengan lembut sebelum tidur panjangku, tangan itu pula yang memijat perlahan kakiku yang lelah.
Sayang, aku bukanlah istri sang baginda Nabi, meskipun aku berangan ingin menjadi Ia. Tapi engkau mampu mencintaiku seperti Baginda Nabi.
Sayang, ada banyak cerita dan kisah yang kita lalui. Kau ingat? Waktu aku mengandung, aku ingin sekali menikmati hangatnya mi kuah dengan harga 11 ribu. Tapi ku ingat betul, uang didompetmu tinggal 10 ribu, hanya kurang seribu rupiah saja. Sambil memelukmu dan menangis dipundak itu. Ku katakan "tidak usah beli, uanganya buat beli bensin saja". Malam itu jadi malam yang tidak akan pernah aku lupakan. Kau peluk erat pula tubuh mungilku lalu kau bilang "maafkan aku, aku belum bisa menjadi suami yang baik, dulu waktu kau masih dengan orang tuamu, kebutuhanmu selalu terpenuhi, setelah bersamaku, susah yang kau dapatkan, maafkan aku". Malam itu pipi kita basah dengan linangan air mata, bukan tentang mi kuah yang tak didapatkan, melainkan cinta dan ketulusan kita yang semakin kuat. Sekuat pelukan kita saat itu.
Sayang, jangan menangis saat kau membaca kata demi kata yang tak indah ini, tersenyumlah sedikit sambil menatapku, jika aku tak ada disampingmu, bukalah fotoku di handponemu, ciumlah segera.. ku tahu kau pasti ingin memelukku seperti malam itu.
Sayang, aku pun menangis, menangis atas rasa syukurku memilikimu, kesabaranmu, kelembutanmu, kasih sayangmu.
Sayang, sehatlah selalu, semoga Tuhan menjaga setiap langkahmu, malaikat mencatat setiap keringatmu menjadi pahala. Menjadikanmu ustadz untuk anak-anak kita. Sayang, saat aku menulis kata ini, yakinlah, untaian jutaan doa pula yang terucap untukmu.
Maaf untuk segala salah dan dosa istrimu, ridholah untuk segala perbuatanku kepadamu.
Sun sayang, dari istrimu yang cerewet

Tidak ada komentar:
Posting Komentar