Senin, 18 Maret 2013

Rindu Anak Rantau




Masih ada sisa-sisa kerinduan yang merayap dari selah jantung hati
Jauh dari pandangan, namun berharap selalu dekat dalam dekapan
Biasanya jam pagi emak masak sambal terasi dengan lalapan daun sawi
Abah jam pagi juga sudah menyalakan mesin mobil tua dari garasi
Suara ramai ribut dari balik kamar mandi adik-adik kecil
Gongsengan riuh dari dapur emak begitu sibuk
Belum lagi gesekan sikat baju yang diayunkan teteh
Masih jelas di dalam rumah yang tercinta
Masih ada sisa-sisa kerinduan yang merayap dari selah jantung hati
Dulu masih saja emak berceloteh ria sambil memasak didapur karena aku bangun siang
Suara berisik mesin mobil tua abah juga bisa membantu menutup telingaku
Kini tak ada lagi suara emak, abah, teteh, dan adik-adik kecil
Hanya ada aku yang sendiri diruangan kecil ini
Jam pagi biasanya ada emak yang asyik memasak
Sekarang bingung apa yang hendak dimakan
Dulu emak berisik marah-marah aku bangun siang
Sekarang aku selalu terlambat kuliah kerena tak ada yang bangunkan
Dulu berisik sekali dengan teriakan adik-adikku
Sekarang sepi sendiri dalam kamar kos kecilku
Ya, kini benar-benar sendiri
Rindu masakan sedap emak
Dulu, emak pernah bilang, Lakukan semua kerena Lillahita’Allah belajar  untuk bersikap dewasa dan mandiri
Karena itu aku tak berani macam-macam
Cukup kuliah dengan menuai prestasi
Kini anakmu sendiri, perut masih saja lapar
Kadang anakmu makan atau berpuasa karena tak ada yang dapat dimakan
Kadang pula menangis merindukan suasana rumah
Atau berdendang sedikit tentang puisi rindu
Masih dalam sisa-sisa kerinduan yang merayap dari  jantung hati
Jauh dari pandangan namun berharap selalu dekat dalam dekapan

Karya: Vinna Wa’afieny AS
Palembang, 13 Maret 2013

       

1 komentar: